Wednesday, February 1, 2017

Tanpa teknologi, kita semua akan (cepat) mati! Cobalah!

Teknologi itu applikasi teknik dari sains. Menolak dan membenci sains, atau menyusun sains gadungan (pseudoscience) atau sains politik rongsokan (junk science), hanya akan membuat kita cepat mati, peradaban menurun lalu punah dan kiamat datang.

Teknologi, mulai dari zaman manusia purba hingga kini, yang sederhana sekalipun, tidak bisa manusia lepaskan!

Gerakan yang menamakan diri “back-to-nature movement” tidak pernah berhasil, walaupun dipropagandakan besar-besaran bahwa mereka berhasil, tapi sayangnya tidak pernah disertai bukti-bukti ilmiah yang solid.

Ada kalangan yang mempropagandakan bahwa produk-produk pertanian dan peternakan yang sepenuhnya alamiah, yang tidak memakai cairan pemberantas hama, atau yang tidak lewat rekayasa genetik, dijamin keamanannya. Sementara, kata mereka, produk-produk makanan atau santapan apapun yang memakai insektisida dan diintervensi teknologi buatan manusia sangat berbahaya. Tetapi berbagai propaganda tentang bahaya GMF/GMO atau GEF/GEO (Genetically Modified or Engineered Foods or Organisms) ini telah banyak dibantah dan dipatahkan lewat argumen-argumen dan bukti-bukti ilmiah seperti dibentangkan misalnya di sini.

Ini sebetul-betulnya propaganda!

Tubuh kita khususnya memiliki bentuk, anatomi, jejaring fisiologis dan komposisi biologis yang harus memerlukan teknologi untuk bisa hidup lama atau bertahan ketika diserang berbagai penyakit dan kejadian buruk.

Ada teknologi yang sangat sederhana, sederhana, maju, sangat maju, dan luar biasa maju sehingga kita terpana ketika melihatnya bak terkena sihir.

Manusia purba, misalnya, membuat dan memakai sendiri teknologi sangat sederhana ketika mereka menempa dengan batu-batu tajam sebuah balok batu untuk mereka jadikan gada atau martil alamiah atau mata lembing.

Paku modern juga sebuah produk teknologi yang dihasilkan dari mesin-mesin berat di pabrik. Begitu juga, martil besi bertangkai itu sebuah bentuk teknologi yang sederhana tapi untuk memproduksinya dibutuhkan teknologi yang lebih tinggi. Tambang yang anda pakai atau jepitan jemuran yang terbuat dari kayu juga barang-barang teknologis. Jangan dikata, betapa rumit dan canggihnya sains-tek yang dibutuhkan untuk menghasilkan mesin CT-Scan atau mesin MRI, apalagi untuk mesin sains terbesar dan terumit di dunia sekarang ini, Large Hadron Collider.

Tentu anda sudah (atau perlu) tahu bahwa hewan-hewan non-manusiapun, mulai dari semut, aneka burung, berang-berang hingga gajah, dll, juga secara naluriah membuat sendiri barang-barang yang membuat mereka bisa hidup terlindungi atau terbantu dalam kegiatan mereka sehari-hari. Jika hewan-hewan non-manusia memerlukan banyak peralatan yang mereka buat sendiri untuk hidup, begitu juga manusia yang berakal.

Kita jadi paham, pantaslah jika pseudosains dan sains rongsokan suka sekali disebarkan oleh kalangan agamawan yang tidak cinta planet Bumi, sains-tek, dan pembangunan peradaban, pendek kata: kehidupan di Bumi. Mereka ingin segera masuk ke “alam lain” yang tidak butuh raga, kebudayaan, sains-tek, peradaban dan planet Bumi.

Saya sih gak tertarik dengan alam lain itu. Saya mencintai Bumi dan jagat raya yang real.

Surga ya saat kita hidup sehat, umur panjang, hati dan pikiran kita damai, tidak kekurangan kebutuhan untuk hidup, cerdas dan maju, lahan sawah dan ladang subur, industri ramah lingkungan makin maju, udara bersih, energi terbarukan berlimpah, dunia damai.

Neraka ya saat kita kelaparan, miskin, terlantar, penyakitan, dirajam oleh perang, mati mengenaskan, hidup dalam lingkaran setan kekumuhan dan kekotoran lingkungan dan air, serba kekurangan, tidak sekolah alhasil tetap bodoh, hati dan pikiran hanya berisi kejahatan dan keculasan, dan dunia mengalami krisis atau kehabisan energi.

Tapi kalau ada realitas lain yang lebih REAL dan FAKTUAL dibandingkan yang saya sudah gambarkan singkat di atas SETELAH SAYA MATI, yang disebut SORGA, ya saya tentu mau juga hidup di sana untuk mengembangkan lagi sains-tek supaya kondisi kehidupan di sana MAKIN BAIK.

Kalau di sana saya akan menganggur, tidak bisa membaca, berpikir dan menulis, tidak bisa mengajar dan mendidik, tidak bisa mendampingi anak-anak, tapi hanya bernyanyi atau bersenang-senang dan plesiran saja abadi, tidak berprestasi apa-apa lagi di dunia sains-tek, dan tidak perlu lagi menebar ilmu, cinta kasih dan kebajikan, ya saya tidak memerlukannya sekalipun dijamin akan pasti masuk karena saya bla bla bla bla.

Dus, saya mencukupkan diri untuk hidup sebaik-baiknya di planet Bumi sekali saja. Saya tidak serakah kehidupan. Untuk cicit-cicit saya dan anda nanti, ya cukup hidup sekali saja dengan bernilai misalnya di planet Mars atau di bulan Titan.

Ada sebuah artikel bagus yang melengkapi uraian saya di atas tentang kemutlakan teknologi bagi kehidupan kita. Bacalah di sini.

Silakan share.

Salam,

ioanes rakhmat

01 Feb 2017