Wednesday, January 18, 2017

TUHAN, KEBESARAN ALAM dan PUJIAN
Where is the future of the human race?

Insan fana mencari The Great dalam kebesaran alam, dan memujinya How Great Thou Art

Terlampir di akhir tulisan ini link ke video youtube madah agung berjudul HOW GREAT THOU ART, artinya BETAPA AKBAR DIKAU TUHAN.

Nikmati dan resapi pengagungan Tuhan lewat keterpesonaan terhadap berbagai fenomena ALAM dan JAGAT RAYA dalam madah besar ini, apapun agama dan keyakinan ideologis anda.

Setiap orang yang beragama dengan sehat, selalu ingin bersahabat, membuka hubungan baik dan penuh perhatian dan pengertian, terhadap alam dan segenap isinya, khususnya tentu saja terhadap sesama mereka, manusia. Mereka tidak tertahan juga ingin selalu memuji kebesaran Tuhan, menemukan keakbaran-Nya dalam segala fenomena alam dan jagat raya, misalnya dalam:
  • guntur yang bermain musik rock yang menggelegar; 
  • petir yang bercahaya sangat kuat sambil mengulurkan tangannya ke muka Bumi; 
  • bintang-gemintang di langit malam yang berkelap-kelip main mata; 
  • gunung-gemunung yang hijau biru yang anggun tegak berdiri semampai bak seorang bidadari yang sedang melambaikan tangannya ke anda; 
  • kicauan burung-burung yang seolah sedang menghibur anda di tengah kedukaan anda; atau 
  • angin yang berhembus semilir sepoi-sepoi mengusap punggung anda dengan lembut; dan seterusnya.
Orang yang bermental tidak sehat, maksudnya: mengalami gangguan batin dan pikiran, tidak bisa memuji dan membesarkan Tuhan, tapi memandang diri sendiri sebagai sang Tuhan sendiri, atau setara dengan Tuhan, atau minimal setengah manusia setengah dewa, demigod. Kata-kata dan sifatnya sendiri dilihatnya sebagai kata-kata dan sifat Tuhan, begitu juga sebaliknya.

Orang semacam itu bukan lagi makhluk, tapi telah meritualisasi diri sebagai sang khalik. Inilah orang yang sudah terjangkit DELUSION OF GRANDEUR atau WAHAM KEAKBARAN. Mereka sangat percaya pada sesuatu yang salah atau yang dikhayalkan mereka sebagai hal yang benar. Mereka taklid buta percaya bahwa diri mereka Superbesar Combo, Superhuman, Adimanusia, padahal faktanya mereka sangat kerdil bak belatung saja. Itulah delusi, megalomania, paranoia dan skizofrenia akut yang tak tertolong lagi. Orang yang semacam ini tidak akan bisa ikhlas dan tulus mengagungkan Tuhan yang mahaakbar. Sebab bagi mereka, yang agung itu ya diri mereka sendiri.

Nah, kita perlu dan harus menempuh jalan yang berbeda. Mengenal dan mencintai Tuhan mendorong orang mengenal dan mencintai alam dan jagat raya. Alam dan jagat raya dikenal dan diekspresikan lebih dari satu cara, misalnya lewat ritual agama, lewat karya senibudaya, dan terutama lewat ilmu pengetahuan alam (IPA) dan berbagai cabang ilmu lain.

Jika lewat ritual agama, mencintai Tuhan berarti juga memandang suci Gunung Semeru, Mount Everest, hutan-hutan, sungai-sungai, air terjun, lelautan, Matahari, bulan dan bintang-bintang, tetumbuhan, padi yang hijau yang kemudian menguning, dan lain sebagainya.

Bagi orang yang intuitif, berjiwa artistik, naturalis, kosmik, mistis, ekologis, environmentalis, dan memandang diri terikat dengan segala sesuatu, dengan alam dan Tuhan, seluruh benda dan kejadian yang ada dalam alam dan jagat raya ini memancarkan dan mewahyukan keagungan ilahi. Bahkan dalam keburukan-keburukan dan nestapa yang menimpa mereka dari berbagai kejadian alam, mereka masih berusaha menemukan tangan-tangan ilahi yang tidak pernah berlumuran darah dan kejahatan; tetapi, kita semua tahu, hasilnya lebih sering berupa permainan petak umpet dengan Tuhan.

Jika lewat karya seni budaya, mencintai Tuhan diungkap dalam berbagai cipta kreasi kesenian dan kebudayaan, lokal dan global, misalnya madah-madah besar, lukisan-lukisan hebat, patung-patung pahatan, tari-tarian, upacara-upacara sakral, ikon-ikon, kisah-kisah, dan seterusnya.

Jika anda mencintai Tuhan dan menemukan keakbaran-Nya dalam alam dan jagat raya, maka anda juga akan mencintai alam dan jagat raya. Jika kita mencintai sesuatu atau seseorang, kita pasti terdorong kuat untuk makin mengenal lebih luas dan lebih dalam lagi sesuatu itu atau orang yang kita sayangi itu.

Maka, barangsiapa mencintai Tuhan, orang itu akan juga mencintai SEMUA ILMU PENGETAHUAN yang menuntun kita ke pemahaman dan pengenalan yang makin dalam dan makin luas atas segala fenomena alam dalam jagat raya, lewat pengujian dan pertanyaan terus-menerus, verifikasi dan falsifikasi tanpa henti, dialektika tesis-antitesis-sintesis tanpa akhir.

Ilmu pengetahuan, dengan demikian, adalah jalan mulia menuju Tuhan yang kita cintai, yang kebesaran dan keagungan-Nya dinyatakan di mana-mana dalam alam dan jagat raya ini, yang menyediakan diri untuk diobservasi, dipelajari, diteliti, dipahami, dibongkar, dijelaskan, didatangi, dan dikuasai dan dipelihara.

Sebagai sebuah jalan menuju Tuhan, ilmu pengetahuan menuntun kita lewat jalan-jalan atau metode-metode yang berbeda dalam melangkah menuju Tuhan, dibandingkan jalan-jalan yang ditawarkan agama-agama.

Ilmu pengetahuan biasa bertanya dan meragukan dan menguji kembali segala klaimnya. Hanya dengan cara inilah ilmu pengetahuan tidak akan pernah bantut, mati atau punah, tapi terus hidup dan makin maju, berkembang dan bergerak ke arah-arah yang makin banyak dan beranekaragam. Dalam dunia ilmu pengetahuan, jalan tidak cuma ada satu, tapi banyak dan makin banyak sejalan dengan gerak waktu dan ruang.

Agama selama ini, faktanya, bersikap sebaliknya: anti-pertanyaan, anti-keraguan, anti-pengujian kembali atas semua keyakinan keagamaan yang sedang dianut. Segalanya diabsolutkan, tidak boleh dinisbikan kendatipun dunia dan peradaban sudah maju sangat jauh bak kereta api supercepat yang melesat kencang ke depan dengan semua rodanya tidak bergesekan dengan rel.

Jika itu situasi dan kondisinya, maka ilmu pengetahuan yang memang bukan agama, dan agama yang juga bukan ilmu pengetahuan, tidak mungkin dapat berjalan seiring di jalan masing-masing. Keduanya terus-menerus tercerai bahkan berbenturan keras. Apakah masih ada harapan? Masih!

Jika orang yang beragama mau mengakui bahwa TUHAN ITU MAHATAKTERBATAS, maka kita dapat menyatakan bahwa keduanya, ilmu pengetahuan dan agama-agama, adalah jalan-jalan yang berbeda menuju kebenaran-kebenaran yang tanpa batas, sebagaimana Tuhan itu adalah kebenaran yang tanpa batas, INFINITE.

Bukan cuma berbeda, tapi keduanya juga kerap berkonflik satu sama lain, berbeda atau berlawanan jalur dan arah, seperti halnya jalan-jalan raya: ada jalur kanan dan ada jalur kiri; ada arus ke utara dan ada arus ke selatan; ada belokan ke kiri dan ada belokan ke kanan; ada jalan U-turn tapi juga ada jalan buntu.

Konflik itu ada dan real bukan cuma antara agama dan ilmu pengetahuan, tapi juga antarklaim-klaim internal di dunia agama-agama sendiri dan antarklaim-klaim internal di dunia sains juga. Anda takut dengan konflik ini? JANGAN TAKUT!

Lewat perbedaan, konflik, pertentangan, dialektika, kita dalam dunia keilmuwan didorong untuk berpikir dan menguji lebih cerdas lagi dan lebih luas lagi dan lebih multidimensional lagi. Alhasil, kita dibawa ke kebenaran-kebenaran yang makin penuh, makin lengkap dan makin terintegrasi. Artinya, dilihat dari sudut keagamaan, kita makin dekat ke Tuhan yang mahatakterbatas dan makin mengenal-Nya lewat ilmu pengetahuan yang tidak pernah mencapai garis finish dalam menjelajah dan mengeskplorasi.

Begitu juga halnya dengan hidup beriman dalam dunia agama-agama. Iman yang tidak disertai pertanyaan, keraguan, pemeriksaan ulang, pembaruan, transformasi menuju tingkat kematangan yang lebih tinggi, pasti menjadi iman yang bantut dan mati.

Bukan cuma itu. Jika suatu agama dipandang sudah selesai, sudah mencapai garis finish, itu berarti dua hal: pertama, menyamakan agama itu dengan ketidakterbatasan atau Tuhan yang mahatakterbatas, atau, kedua, mereduksi ketidakterbatasan atau Tuhan yang mahatidakterbatas menjadi sebuah agama, apapun juga klaim umat penganutnya tentang agama mereka. Ingatlah, agama itu ada di dunia dan berguna hanya selama ada dalam dunia, sedang Tuhan ada di dunia dan di surga, abadi, memenuhi seluruh kawasan yang mahatakterbatas.

Jika iman keagamaan anda hidup, tidak bantut dan tidak wafat, iman anda akan dinamis, ada dalam gerak perubahan dan transformasi terus-menerus, progresif, menuju peringkat yang lebih maju, lebih jauh, lebih berwawasan, dan terus tumbuh tanpa akhir menuju Tuhan yang tak memiliki akhir, yang kita akui mahatakterbatas.

Sekalipun metode menuju kebenaran dalam ilmu pengetahuan dan dalam agama berbeda, tapi jika anda beriman dengan dinamis dan terbuka pada pembaruan tanpa akhir, cara beriman anda ini sejalan dengan cara para ilmuwan mengembangkan dan memajukan ilmu pengetahuan. Jika ini yang menjadi posisi dan sikap anda dalam beragama, maka terbuka peluang untuk anda sebagai para agamawan membuka percakapan dan dialog terus-menerus dengan para ilmuwan.

Jika itu posisi anda sebagai agamawan yang terus bergerak maju ke depan tanpa akhir, bukan berlari mundur jauh ke belakang lalu karam di lelautan masa lampau di tempat yang jauh, maka anda bukan saja ingin masuk surga setelah kematian, tapi juga mendukung eksplorasi dan penjelajahan angkasa luar, mula-mula dalam batas kawasan sistem Matahari kita, selanjutnya ke dunia antarbintang BEYOND THE SOLAR SYSTEM OF OURS.

Di luar sana, di atas sana, OUT AND UP THERE IN THE DEEP SPACE, kita tak lama lagi akan membangun rumah-rumah kedua, ketiga, keempat dst, yaitu di planet-planet lain yang sudah disiapkan sebelumnya oleh para ilmuwan dan teknolog yang mengkaji angkasa luar.

The future of the human race is out there, in the deep oceanic outerspace! 

Dus, sebagai bangsa Indonesia yang telah lama mengaku diri sebagai bangsa bahari, sejak sekarang kita perlu memandang bahari bukan hanya lelautan di muka Bumi, tetapi juga lelautan kosmik di angkasa luar yang dalam dan luas tanpa batas. 

Ke sana, di masa depan yang dekat, kita harus sudah bisa berlayar, menjelajah jauh ke kedalaman samudera kosmik tanpa tepi, dengan wantariksa-wantariksa buatan kita sendiri.

Di sana, kita akan bisa bangun negeri Indonesia kedua, ketiga, dan seterusnya, dan barang-barang tambang baru menanti kita di sana untuk ditambang. 

Kita akan berpacu dalam melodi-melodi kosmik yang indah dan menawan.  

OK, nikmatilah madah hebat HOW GREAT THOU ART di video youtube ini yang dilantunkan dengan memukau oleh Carrie Underwood https://youtu.be/q2T1csHUgF4.

Jika anda ingin juga mengikuti liriknya, tersedia di sini (dinyanyikan oleh Chris Rice) https://youtu.be/Cc0QVWzCv9k.

Silakan share.

18 Januari 2017

Aku,
ioanes rakhmat

Sedang menuju galaksi Andromeda
dengan berjalan kaki di ruang hampa kosmik
The Skywalker