Tuesday, September 27, 2016

“Poesy” ataukah “Slanderisy” Mr. Fadli Zon?

 
Anies Baswedan tertawa lebar saat mendengarkan Fadli Zon melantunkan untaian kata-katanya...

Saya copy-paste di bawah ini gabungan syair-syair yang sekian hari lalu (Jumat, 23 September 2016) dideklamasikan Fadli Zon di rumah PS (Jakarta) saat pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno resmi diumumkan sebagai pasangan Cagub dan Cawagub usungan Gerindra dan PKS dalam Pilkada DKI 2017 yang akan segera datang.

Tapi saya mau bertanya dulu kepada teman-teman. Apakah yang dibacakan FZ itu sebuah jenis sastra yang dinamakan poesy, ataukah, jika ditinjau dari isinya, sebuah slanderisy? Anda tentu tahu makna kata Inggris “slander” (jika tidak tahu, cari tahu sendiri ya), bukan? Dari situ saya ciptakan nama sebuah jenis sastra baru “slanderisy”. Yakni, slander yang dikemas dalam format sebuah puisi supaya indah terdengarnya tapi hanya untuk menutupi slander busuk yang menjadi isi dan tujuan utamanya.

Ini rangkaian kata dan kalimat yang dideklamasikan FZ:

SAJAK TUKANG GUSUR

Tukang gusur-tukang gusur
Menggusur orang-orang miskin
Di kampung-kampung hunian puluhan tahun
Di pinggir bantaran kali Ciliwung
Di rumah-rumah nelayan Jakarta
Di dekat apartemen mewah, mal yang gagah
Semua digusur, sampai hancur

Tukang gusur, tukang gusur
Melebur orang-orang miskin
Melumat mimpi-mimpi masa depann
Membunuh cita-cita dan harapan
Anak-anak kehilangan sekolah
Bapak-bapaknya dipaksa menganggur
Ibu-ibu kehabisan air mata

Tukang gusur, menebar ketakutan di Ibu Kota
Gayanya pongah bagai penjajah
Caci maki kanan kiri
Mulutnya serigala penguasa
Segala kotoran muntah
Kawan-kawannya konglomerat
Centengnya oknum aparat
Menteror kehidupan rakyat

Ibu Kota katanya semakin indah
Orang-orang miskin digusur pindah
Gedung-gedung semakin cantik menjulang
Orang miskin digusur hilang

Tukang gusur tukang gusur
Sampai kapan kau duduk di sana
Menindas kaum dhuafa

Tukang gusur, tukang gusur
Suatu masa kau menerima karma
Pasti digusur oleh rakyat Jakarta


Begitulah untaian kata-kata syuuurrr FZ yang lewat sebuah saluran TV disiarkan ke seluruh NKRI. Apakah itu poesy ataukah slanderisy? Silakan anda nilai sendiri dengan objektif. Saya berdoa semoga semua politikus kita diberi hidayah ilahi sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi para politikus yang agung, mulia dan termashyur, para politikus mahatma.

Salam,
Sang Sunyi


Sumber http://megapolitan.kompas.com/read/2016/09/23/22430571/fadli.zon.baca.puisi.tukang.gusur.di.sela.pengumuman.nama.anies-sandiaga

Monday, September 19, 2016

Logical Fallacy terkait PON 2016


Di sebuah TV, citra tubuh-tubuh perenang perempuan dalam PON 2016 di-blur atau dibuat buram pada bagian-bagian yang kalangan tertentu namakan aurat. Lihat foto terlampir. Ada tiga hal yang saya mau kita bersama renungkan dalam-dalam saat ini supaya pikiran kita semua, juga rerumptan, semut, unggas dan serangga, terbuka lebar.

1. Itu dinamakan SOMAFOBIA: Kebencian atau penolakan atau rasa takut berlebihan pada tubuh. Semua fobia yang tidak logis, ekstrim, dan tak punya dasar ilmiah, digolongkan patologi, seperti halnya Islamofobia yang salah sasaran dan xenofobia yang bisa lahirkan genosida.

2. LOGICAL FALLACY: Tubuh perempuan harus ditutup rapat seluruhnya supaya perkosaan oleh pria tidak terjadi, atau supaya syahwat pria tidak menggelegak bak lahar panas yang akan sangat kuat memacu mereka untuk memperkosa perempuan.

3. LOGICAL ACCURACY: Yang salah bukan tubuh perempuan (berpakaian ketat, berbikini atau nudis), tapi pikiran pria yang kotor karena tidak terdidik dengan benar atau karena syahwat pria yang tidak didisiplinkan atau tidak dikendalikan sehingga menjadi bak kuda-kuda liar. Tabrak sana-sini. Mendengus keras.

Janganlah "buruk muka cermin dibelah!"


Bersikaplah wajar terhadap para atlit perenang perempuan kita saat mereka sedang bertanding dengan serius untuk menang, di gelanggang renang luar negeri atau di gelanggang renang dalam negeri. Untuk bisa gesit, cepat dan tangkas bergerak maju di air, tentu saja mereka harus pakai pakaian renang yang serba ketat, minim tetapi sekaligus tetap sopan dan bermartabat. Bayangkan apa yang akan terjadi pada mereka jika mereka bertanding renang dengan memakai baju renang yang serba gombrong dan akibatnya melembung penuh berisi air. Bisa bayangkan?

Jakarta, 19-9-2016
Sang Sunyi

Sumber image http://m.solopos.com/2016/09/18/pon-2016-atlet-renang-diblur-netizen-heboh-754012

Tuesday, September 13, 2016

Naik Haji Demi Ahok

Sebagai salah satu rukun Islam, naik haji itu sebetulnya suatu ritual ziarah spiritual agung Islami untuk mendekatkan diri si peziarah pada Allah. Makin dekat seseorang ke Tuhan Allah, mustinya sih makin tahu orang ini mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang menyelamatkan uang negara dan mana yang korupsi. Karena Allah itu Maha Suci, maka makin dekat ke Allah, makin sucilah hidup seorang yang dekat dengan Tuhan Allah.

Nah sudah pasti Tuhan Allah Yang Maha Tahu tahu betul bahwa Gubernur Ahok itu benar, baik dan menyelamatkan uang negara. Jadi mereka yang naik haji itu, nanti sesudah kembali dari Tanah Suci Arab dan makin dekat ke Tuhan, akan sangat yakin bahwa Gubernur Ahok itu benar, baik dan anti-korupsi, sesuai pengetahuan Tuhan. Lalu mereka dkk akan satu suara dan kompak mendukung Ahok untuk jadi gubernur DKI periode kedua.

Jadi, saya berbahagia mereka naik haji. Seandainya mungkin, saya juga mau ikut. Saya berpikir sangat positif tentang mereka dan ziarah spiritual mereka. Maka, saya ucapkan: Selamat naik haji demi Ahok. Hidup para calon haji. Hidup Ahok. Hidup NKRI. Hidup Islam NKRI.

Batavia, 13-09-2016
Sang Sunyi

Friday, September 9, 2016

VIROKRASI, suatu model kepemimpinan baru negara

Going viral....!

Suatu bentuk baru penyelenggaraan pemerintahan suatu negara kini sedang muncul, dinamakan VIROKRASI. Yakni, sosok pemimpin tidak lagi perlu menjadi seorang pembuat kebijakan, tapi cukup menjadi seorang selebritas yang foto-fotonya atau video-videonya dalam berbagai pose, acting dan kegiatan, terencana atau tidak, menjadi VIRAL lewat berbagai sosmed dan di-LIKE dan di-SHARE jutaan orang atau akun-akun sosmednya di-FOLLOW atau di-LIKE jutaan orang.

Seorang virokrat tidak perlu berlelah-lelah berpikir tentang kebijakan. Dia cukup meminta pendapat para pakar kebijakan negara dan juga mengikutsertakan para teknokrat. Dirinya sendiri cukup menjadi sosok selebritas di dunia sosmed lewat pencitraan personal saja yang membuatnya dipuja dan dikagumi dan dibiarkan menghipnosis rakyat. Contoh dua virokrat saat ini adalah PM Kanada Justin Trudeau, dan salah satu sosok capres Amerika yang tampak Islamofobik, Donald Trump.

 Dua sosok virokrat 2016!

Saya kutip sebuah deskripsi yang bagus:
Seorang politikus tradisional di kebanyakan bagian dunia adalah seorang pembuat kebijakan yang berupaya berpidato yang membangkitkan semangat. Seorang politikus viral adalah seorang selebritas yang cukup tahu untuk mendengarkan para pembuat kebijakan. Tapi jika sejarah yang baru lewat kita jadikan panduan, jelas bahwa kita butuh kedua model kepemimpinan ini. Anda memerlukan selebritas, tapi juga para ahli kebijakan. Sukses lewat sosmed yang tidak disertai kemampuan membuat kebijakan yang sadar bukan sukses, tapi kegagalan.
Tapi virokrasi, meskipun akan makin trendy, dilihat banyak orang sebagai suatu bentuk pemerintahan yang utopian dan anti-demokrasi. Utopian, karena sosok pemimpin viral hidup hanya dalam dunia virtual, dunia yang dihidupi oleh imajinasi rakyat yang terhipnosis oleh pencitraan personal sosok pemimpin mereka lewat sosmed, bukan oleh pemimpin yang real mampu memimpin. Anti-demokrasi, karena sosok selebritas yang menjadi pemimpin viral ini mendengarkan bukan aspirasi dan amanat rakyat, tapi para penasihat dan pemandunya saja yang memang piawai, dan rakyat dininabobokan oleh pencitraan personal sosok ini yang diatur sedemikian rupa juga antara lain oleh para pakar komunikasi dan psikologi.

Apa pendapat anda? Apakah dulu Pak SBY menjalankan virokrasi, ataukah kini Pak Jokowi? Bolehkah seorang selebritas komedian juga memimpin NKRI untuk mengenyangkan rakyat dengan tawa terpingkal-pingkal, tanpa dirinya memiliki pengetahuan tentang penyusunan kebijakan negara? Ataukah Gubernur Ahok selain piawai dalam membuat dan mengambil kebijakan di DKI, juga perlu menjadi sosok selebritas yang bisa menghipnosis masyarakat DKI?

Bisa jadi, virokrasi bisa sukses hanya di dalam suatu negara yang rakyatnya buta dan bodoh politik, tapi biasa menghabiskan waktu di berbagai sosmed untuk mencari sosok-sosok penghibur dan penenang.

Jakarta, 9-9-2016
ioanes rakhmat

Baca lebih lanjut di sini http://www.bloomberg.com/news/articles/2016-09-08/why-trudeau-is-like-trump

Saturday, September 3, 2016

Memberi kuliah “Critical Thinking”



Tadi sore, pk. 15.00 hingga 17.00, 2 September 2016, saya membawakan session Critical Thinking and Logical Fallacies bagi 50 muda/mudi peserta acara Gerakan Mari Berbagi (GMB), di sebuah wisma di Cibubur, Jawa Barat, yang bertema Youth Adventure and Youth Leaders 2016.

Dari sekian banyak pendaftar, terseleksi 50 peserta dari berbagai daerah dan latarbelakang. Mereka ini dibekali per orang hanya Rp. 100.000 untuk berangkat dan bertahan hidup dari Yogyakarta, dan harus singgah di 2 kota lain untuk tugas-tugas tertentu, sebelum akhirnya tiba di Jakarta untuk mengikuti pembekalan intelektual dan sharing. Tentu saja mereka tidak naik kereta atau pesawat terbang, tapi umumnya menumpang kendaraan (truk atau kendaraan lain) pindah-pindah.

Yang menakjubkan, mereka semua tiba di Jakarta tepat waktu. Dan yang lebih memukau, ada dari antara mereka yang bukan kekurangan atau kehabisan uang bekal, malah berhasil melipatgandakannya hingga tujuh kali lipat. Saya tidak bertanya lebih jauh bagaimana caranya. Yang pasti kegigihan, daya juang, daya bertahan hidup, dan kegembiraan dan keikhlasan, membuat semua peserta bisa berprestasi memukau.

Seluruh kegiatan yang di dalamnya saya ambil secuil bagian (cuma cuap-cuap doang selama 2 jam memberi kuliah dan menjawab pertanyaan-pertanyaan) diadakan 26 Agustus hingga 5 September 2016. 

Yayasan GMB tidak mencari dana dengan menjual proposal program ke perusahaan-perusahaan atau lembaga-lembaga lain, tapi budget dihimpun dari urunan bersama, dari para senior pengurus (board members) atau dari kalangan lain yang ikhlas mau sharing uang dan tenaga dan kecerdasan mereka. Saya senang telah sedikit sharing waktu, tenaga dan kecerdasan saya untuk GMB. 

Lebih senang lagi karena dari board members GMB saya diberi 3 buah gifts yang menarik: sebuah sertifikat berbingkai dan berkaca yang ditandatangani Mr. Azwar Hasan, inisiator GMB. Satu buku memo GMB dengan nama saya tercetak di sampul depan yang bergambar berwarna. Dan sebuah mug atau cangkir keramik bagus berlogo GMB dengan tulisan I Share, Therefore I Am.

Selain itu, saya juga happy karena mendapat banyak sahabat baru, di antaranya Nona Sherly Annavita (nona manis asal Aceh yang mengontak saya dari GMB pertama kali), Mr. Dede Prabowo (bekerja di Jepang), dan Mr. Jim Wagner (seorang Amerika yang sedikit bisa bicara bahasa Indonesia, bermukim di Jepang). 

Jika anda mau share sesuatu dalam GMB, silakan lakukan sendiri tanpa perantara. 

Terlampir sebuah foto himpunan para peserta dengan saya nyempil tenggelam di dalamnya. 

Be blessed. Be critical. Be fruitful.

Jakarta, 2 Sept 2016
ioanes rakhmat