Saturday, January 7, 2017

ALHAMDULILAH!
Thank you Jesus! Thank you Mother Mary!

Saya mulai dengan sebuah kata yang enak didengar: Untung.

Untung di kekristenan ada KEPERCAYAAN bahwa Yesus Kristus tidak menikah, mati muda di tangan kolonial Romawi. Ihwal bagaimana fakta sejarahnya, biarlah orang bebas cari tahu sendiri. Lagipula, apapun fakta sejarahnya yang bisa diungkap, orang Kristen umumnya memilih untuk mempertahankan keyakinan itu, bahwa Yesus tidak pernah kawin dan tidak pernah punya keturunan.

Yang sudah jelas dan pasti, ini: Tak pernah ada kasus apapun, sejak kekristenan lahir hingga kini, tentang orang yang mengklaim atau diklaim sebagai SEDARAH SEDAGING dengan Yesus, sebagai KETURUNAN ke sekian Yesus. Kalau Yesus punya keturunan darah dagingnya sendiri yang juga punya keturunan lagi dst, dst, waah bisa rame juga tuh dunia ini dengan klaim-klaim yang diajukan orang bahwa mereka keturunan Yesus.

Kalau itu terjadi, wah kejadiannya bisa jauh lebih rumit lagi kalau orang menyamakan KRISTOLOGI dengan BIOLOGI.

Jelas, Yesus diberi banyak gelar oleh gereja-gereja awal dulu. Gelar paling puncak diberi kepada Yesus ketika Yesus dipercaya dan diseru sebagai Tuhan (Yunani: kurios), bukan sekadar tuan. Maka sebagai Tuhan, kalau Yesus punya anak dan cucu dan cicit dst dst dst, orang-orang yang mengklaim diri sebagai keturunan Yesus pun akan diberi atau memakai gelar Tuhan untuk mereka sendiri-sendiri. Tuhan melahirkan Tuhan melahirkan Tuhan melahirkan Tuhan, dst.

Kondisi ini berubah jadi jauh lebih runyam, ketika, dengan tanpa pengetahuan, alias dengan naif, kristologi diubah begitu saja jadi biologi dan juga jadi ginekologi atau ilmu kandungan dan kebidanan.

Dengan diubah begitu, olok-olok pun muncul: Loh Tuhan melahirkan Yesus sebagai Anak Tuhan, bahkan bukan cuma sebagai Anak, tapi sebagai Tuhan sendiri. Kok Tuhan Kristen bisa hamil, mengandung? Di situlah kristologi diubah jadi biologi dengan aneh dan tidak wajar. Si pengubah jelas tak tahu, gelar Anak Tuhan atau gelar Tuhan ada dalam dunia teologi, persisnya dunia kristologi.

Mungkin sekali si pengolok itu tidak paham apa itu kristologi. Baiklah saya dengan rendah hati mau bantu memberi penjelasan, diterima alhamdulilah, tidak diterima juga alhamdulilah. Saya tidak mau ucapkan kata astagafirullah.

Kristologi itu masuk wilayah teologi, dan semua teologi masuk wilayah IDEOLOGI, bukan wilayah sains.

Ambil contoh. Pancasila NKRI itu ideologi. Kebenaran dan keabsahan Pancasila tidak dibuktikan lewat mikroskop atau lewat tes kehamilan atau tes DNA, pendek kata: tidak lewat biologi dan ginekologi atau genetika.

Pancasila menjadi ideologi yang benar dan sah bagi NKRI dibuktikan dengan cara lain: yakni, paling tidak, memastikan keabsahan sidang yang dulu pertama kali menetapkannya sebagai ideologi NKRI, dan menunjukkan efektivitas dan kekuatannya untuk selama berpuluh-puluh tahun hingga kini menjadi ideologi pengikat dan pemersatu bangsa Indonesia yang secara sosiokultural dan sosiopolitik majemuk.

Karena efektif menjadi landasan kehidupan yang berbhinnekatunggalika dalam wadah NKRI, maka Pancasila bukan saja ideologi yang absah, tapi juga ideologi yang benar dan fungsional bagi NKRI. OK ya, cukup segitu saja dulu dengan Pancasila.

Tapi kalau seorang perempuan mau hamil atau sedang hamil, untuk memastikan apakah dia bisa hamil atau sedang hamil, maka orang masuk ke BIOLOGI dan bidang-bidang ilmu lain yang berkaitan yang dibutuhkan (misalnya ilmu medik, ilmu pengobatan, genetika, ginekologi, dll).

Berbagai test kehamilan harus dijalankan dengan memakai bermacam-macam instrumen dan media. Kalau mau tahu lagi sebelum hari kelahiran tiba apakah janin yang sedang berkembang itu betul sehat, atau mau tahu jenis kelaminnya apa, ya biasanya mesin USG dipakai untuk mendapatkan citra USG dari kondisi rahim si ibu dan janin yang ada di dalamnya (termasuk jenis kelaminnya yang tidak selalu tepat ditafsir seorang dokter kandungan atau ginekolog) yang akan berkembang bertahap untuk akhirnya, setelah 9 bulan ada dalam rahim, dilahirkan.

Kalau sang suami ragu bahwa bayi yang sudah memberojol keluar dari liang rahim isterinya betul darah dagingnya sendiri, ya test yang jauh lebih rumit dan berbiaya mahal, yakni test DNA, harus dijalankan, dengan harapan rumahtangga pasangan suami-isteri ini tidak akan hancur apapun hasil test DNA-nya.

Nah, kristologi bukan biologi, bukan ginekologi, bukan ilmu kedokteran kandungan, juga bukan ilmu kebidanan, juga bukan genetika.


Bayi Yesus Papua dilahirkan. Dilawat oleh seekor babi hutan, burung unta, para pria Papua, lengkap dengan gendang dan tombak Papua, dan juga perempuan yang tidak ber-BH, dan beberapa perempuan lain, yang masing-masing mengenakan mahkota bulu burung yang indah. Bunda Maria Papua sendiri mengenakan rok merang.

Biologi dan ginekologi dan genetika itu sains, ilmu pengetahuan empiris; orang-orang yang mendalami dan mengembangkan ilmu-ilmu ini, dan biasanya sudah menyelesaikan studi doktor lalu meraih gelar akademik Ph.D. (doctor of philosophy), disebut sebagai ilmuwan atau saintis.

Gelar Ph.D. sendiri tidak tunggal. Ada Ph.D. di bidang fisika, di bidang kimia, di bidang kosmologi, di bidang matematika, dst di bidang-bidang ilmu lain yang lazimnya digolongkan sebagai IPA atau natural sciences. Tapi ada juga Ph.D. di luar bidang-bidang keilmuwan yang sudah disebutkan itu.

Universitas-universitas di luar negeri yang punya fakultas teologi atau fakultas kajian lintasilmu terhadap agama juga ada yang memberi gelar Ph.D. kepada mahasiswa yang studi di situ dan sudah menyelesaikan studi doktor mereka dalam rentang waktu 4 hingga 6 tahun, dengan puncaknya menulis sebuah karya ilmiah besar dan orisinal yang disebut disertasi dan harus mampu mempertahankannya di hadapan para mahaguru penguji.

Tetapi gelar Ph.D. bukan sebuah penjamin bahwa para penyandangnya adalah ilmuwan atau saintis. Banyak penyandang gelar Ph.D. akademik sebetulnya cuma pantas bekerja di perusahaan PHD, Pizza Hut Delivery, bagian pengantaran pesanan

Nah, para sarjana Kristen yang bergelar Ph.D. setelah mereka menyelesaikan studi doktoral mereka di luar negeri, misalnya di bidang kristologi, tidak disebut sebagai “scientists” (para ilmuwan), tapi sebagai “scholars”, yaitu kalangan yang “terpelajar” karena telah menamatkan sekolah mereka hingga jenjang stratum 3.

Nah, para pelajar yang telah mendalami kristologi dan berhasil memperoleh gelar Ph.D. ini, yang lazim juga disebut sebagai para kristolog (para ahli kristologi), tentu tahu betul bahwa “kristologi” (dibentuk dari dua kata Yunani “khristos” dan “logos”) itu adalah ajaran atau doktrin ideologis tentang Yesus Kristus: siapa Yesus, dan apa makna, arti, tujuan dan maksud kehidupan Yesus, bagaimana hubungan Yesus dengan Allah, manusia dan dunia ini harus diungkap dan dibahasakan, di masa lalu, bagi masa kini dan untuk masa depan, dll.

Kristologi dibangun tidak lewat mikroskop, tidak lewat biologi, tidak lewat test kehamilan, tidak lewat ginekologi, tidak via genetika, tidak memakai ilmu kodekteran, ilmu kandungan dan kebidanan. Kristologi adalah ungkapan lewat bahasa insani tentang siapa, apa dan bagaimana Yesus Kristus itu, yang berisi cinta, pemujaan, penyembahan, kepercayaan, keyakinan, pengakuan, kerinduan, harapan, gelora komitmen, dan tafakur atau refleksi yang tak pernah habis terhadap Yesus Kristus.

Pada waktu kristologi dirumuskan, rumusannya dapat memakai wadah jenis sastra apapun (misalnya kisah-kisah yang dikenal sebagai injil, kumpulan ucapan-ucapannya, atau himpunan riwayat tindakan dan perbuatannya, metafora linguistik, dan juga lewat berbagai wujud karya senibudaya, dll).

Ketika disusun, setiap penyusun kristologi perdana dengan bebas memakai dan neminjam banyak hal dari sastra-sastra lain yang lazim ditemukan dan digunakan di dunia pagan Laut Tengah kuno dalam abad-abad pertama M di berbagai kawasan yang memiliki kekhasan dan persoalan sosiokuktural, sosiofilosofis, sosioantropologis dan sosiopolitis sendiri-sendiri.

Alhasil, kristologi itu tidak satu meskipun sosok Yesus orang Nazareth sebagai sosok sejarah cuma ada satu. Ada banyak kristologi, dan hingga di abad ke-21 ini kristologi-kristologi yang baru terus disusun dan dikiprahkan di sangat banyak tempat dan di era yang berbeda.

Itulah kekuatan kristologi-kristologi Kristen sedunia: tidak dikurung di masa kelahiran kekistenan dan tidak dipasung di Timteng kuno dan di kawasan Laut Tengah zaman kuno. Tetapi terus-menerus Yesus Kristus dibuat lahir kembali dalam palungan-palungan masyarakat-masyarakat dan bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa yang berbeda-beda dari satu zaman ke zaman lain, dari satu kawasan ke kawasan lain.

Kristologi Natal adalah salah satu saja dari beranekaragam kristologi lain yang ada dalam Alkitab Perjanjian Baru. Kisah kristologis Natal hanya ada dalam Injil Matius dan Injil Lukas, dan kisah-kisah Natal dalam dua injil ini tidak sama. Penulis Injil Markus sebagai injil tertua (ditulis tahun 70 M) tidak merasa perlu memuat kisah Natal, berbeda dari penulis Injil Matius dan penulis Injil Lukas (keduanya ditulis sekitar tahun 80-85 M). Penulis injil yang keempat, Injil Yohanes, juga tidak memuat kisah kelahiran Yesus di dalam injilnya, dan sebagai gantinya injil ini dibuka dengan kisah protologis, yaitu kisah iman tentang hal-hal yang ada “pada mulanya”.

Ada banyak kristologi, sejak zaman Perjanjian Baru ditulis, hingga abad ke-21. Semuanya bukan biologi, bukan ginekologi, bukan genetika, bukan sejarah murni.

Ketika diberitakan dalam kisah-kisah Natal Perjanjian Baru bahwa Bunda Maria mengandung janin Yesus meskipun dia tidak punya seorang suami, kisah-kisah ini sama sekali bukan catatan-catatan medis seorang dokter kandungan atau ginekolog atau ibu bidan tentang Bunda Maria. Kisah-kisah itu adalah kristologi yang pesannya jelas betul (dan tidak asing bagi orang yang hidup di Laut Tengah kuno pada abad-abad pertama M): Yesus sejak dikandung adalah sosok yang suci. Yesus ada dalam dunia karena Allah, bukan manusia, yang berinisiatif, dus Yesus berasal dari Tuhan Allah.

Memakai ungkapan prolog Injil Yohanes, dipesankan bahwa Yesus berasal dari surga, yang dari kebersamaannya dengan Allah di surga sejak “pada mulanya”, Yesus datang atau turun ke dalam dunia sebagai Sang Kalam (Yunani: ho logos) yang menjelma atau menitis sebagai manusia, “menjadi daging” (Yunani: sarks egeneto).

Sekali lagi, itu adalah bahasa teologis atau lebih tepat METAFORA TEOLOGIS, yang berfungsi untuk menghubungkan kawasan surga dengan kawasan dunia insani, lewat roh kudus via Bunda Maria atau lewat Sang Kalam yang menjelma. Metafora itu artinya wadah sastra yang membawa orang dari satu kawasan pindah ke kawasan lain. Dalam metafora teologis, ditemukan bukan terminologi biologis atau ginekologis atau genetis.

Dalam menyusun metafora teologis ini, tak ada pikiran sama sekali dulu dan kini, bahwa Allah hamil, atau Allah membuntingi Bunda Maria, dan juga tidak pernah ada pertanyaan yang ganjil bahwa jikalau Tuhan hamil untuk melahirkan Anak Tuhan, maka siapa bidannya.

Akhirulkalam, runyam, runyam jadinya, ketika pertanyaan di atas yang ganjil itu dilontar ke publik oleh seseorang yang sangat tampak tidak memahami karakteristik esensial semua metafora teologis. Belajar lagi deh hingga ke negeri China, malah hingga ke dunia antarbintang.

7 Januari 2017

Salam, 

Di musim salju dingin
Meski dingin membeku 
hati dan akalku hangat kuku
sehangat es krim Dairy Queen

ioanes rakhmat