Thursday, April 14, 2016

Tanya-jawab pendek via Twitter dengan Rustam Ibrahim (dari LP3ES) tentang Ahok

Anda pasti salah, jika anda menolak korupsi! Inikah budaya Indonesia?


Rustam Ibrahim (RIB) pernah menjadi direktur LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial), sebuah lembaga yang sudah dikenal.

Pada 13 April 2016 kemarin, pukul 07.58 WIB, dari lokasi Jalan Setia Budi, Indonesia, RIB mempublikasi di akun Twitter-nya apa yang diberinya judul POLLING (atau Jajak Pendapat). Sampai saat dipublikasi pertama kali, polling ini telah diikuti 1.143 suara, dengan durasi yang masih tersisa 19 jam 59 menit. Di akun Twitter @Rustam Ibrahim, lengkap termuat hasil polling tersebut.

Sebuah pertanyaan polling lewat medsos Twitter RIB berbunyi demikian: Setelah menjalani pemeriksaan di KPK, bagaimana penilaian anda tentang Gubernur Ahok dalam kasus RS Sumber Waras?

Jawaban yang masuk:
1. Ahok tidak korupsi 34 %
2. Ahok terlibat korupsi 61 %
3. Ragu-ragu 2 %
4. Tidak tahu 3 %

Hasil polling di medsos seperti Twitter jelas punya banyak cacat metodis. Misalnya, 1 orang bisa memberi 100 suara yang isinya sama, lewat 100 akun Twitter-nya sendiri yang memakai nama-nama dan berbagai avatar (gambar profil) yang tidak sama! LOL. Selain itu, responden tidak bisa kita kategorikan dengan pasti ke dalam segmen-segmen masyarakat yang harus mencerminkan dan merepresentasikan suara keseluruhan masyarakat; dan lain sebagainya. Alhasil, jajak pendapat RIB ini dus juga tidak layak diperhatikan dengan serius. Diperlakukan sebagai sebuah berita hoax, malah bisa sekali. Tapi dengan naif sebuah media online Okezone menerbitkan polling Pak RIB itu dengan menyebut LP3ES sebagai otoritas kelembagaan penyelenggara survai. Orang sudah tahu, siapa sosok penunjang budget media online Okezone. Konon, sosok ini menaruh dendam kepada Pak Ahok lantaran rencana bisnisnya telah digagalkan Gubernur DKI ini demi keadilan dan hukum. Ini link ke media Okezone itu http://news.okezone.com/read/2016/04/13/338/1362022/61-persen-responden-polling-percaya-ahok-terlibat-korupsi

 
Gambar 1

Saya beberapa saat lalu menyempatkan diri bertanyajawab dengan Pak RIB sekitar polling di akun Twitter-nya itu. Saya memulai dengan sebuah pertanyaan (lihat gambar 1 terlampir):
@RustamIbrahim Apakah anda sedang berpolitik, or sedang bekerja sebagai peneliti keilmuwan? Saya tanya lantaran ini.
Maksud saya dengan lantaran ini adalah lantaran berita polling RIB via medsos Twitter yang cacat ini, yang dimuat di Okezone tersebut di atas. Link ke berita di Okezone itu saya cantumkan dalam ruang pertanyaan di Twitter saya itu. Lalu dalam waktu singkat, muncul sebuah jawaban dari RIB, begini (lihat gambar 2 terlampir):
Di media sosial, sebagai pribadi, saya tidak melakukan kegiatan penelitian. Penelitian menuntut penerapan metode ilmiah.
Dengan jawabannya itu, jelas, polling RIB itu diakuinya sendiri bukan sebuah polling ilmiah. Lantas, apa maunya beliau? Ya mungkin beliau hanya sedang melempar sebuah opini pribadi, untuk sebuah kepentingan non-ilmiah. Entah apa.

 
Gambar 2

Selanjutnya, RIB melanjutkan dengan dua kicauan berikut ini (lihat gambar 3 terlampir):
Kalaupun saya kelihatan seperti berpolitik, mendukung seseorang, yang saya dukung adalah NILAI-NILAI yang dipraktekkannya. 
Saya sebagai pribadi sedang melakukan upaya menanamkan citizenship, HAM dan demokrasi kpd generasi muda. Lihat TL saya.
Bagi saya, ya jelas niat RIB itu sangat baik. Tapi kenapa dia sampai harus mengumpankan polling tidak ilmiah itu ke masyarakat Indonesia, yang kini telah dan sedang beredar luas lewat berbagai medsos dan koran online, sambung-menyambung? Apa tujuannya? Terus terang, kepala saya jadi keleyengan.

 
Gambar 3

Hemat saya, setiap orang yang punya latarbelakang akademik, sebagai seorang intelektual, hendaknya menjalankan tugas mereka sebagai intelektual, bukan sebagai para politikus yang sarat dengan berbagai kepentingan non-ilmiah, misalnya menghimpun harta, kekayaan, kekuasaan dan kehidupan yang nikmat, sebanyak-banyaknya. Kalau mereka yang melihat diri sebagai para intelektual mau dan perlu ikut bersuara di dunia politik, ya bersuaralah dengan landasan-landasan keilmuwan dan dengan bermartabat. Jangan ideologis. Tapi saintifik! Jangan kerdilkan diri. Sebagai manusia, kita semua diberi kemampuan untuk hidup agung. Jika demikian, mengapa kita masih mau memilih hidup kerdil?   

Lalu, terakhir, lewat akun Twitter yang sama, saya meminta pendapat RIB terhadap sebagian tanya-jawab yang berlangsung di ruang pemeriksaan Komisi KPK, Jl. Rasuna Said, Jakarta Selatan, antara Pak Ahok dengan seseorang (dari BPK) yang ikut menanyainya (lihat gambar 4 terlampir). Pemeriksaan terhadap Pak Ahok ini berlangsung selama kurang lebih 12 jam (mulai pukul 09.15-21.30 WIB), tanggal 12 April 2016. 

Orang-orang yang terus saja memusuhi Pak Ahok sangat berharap, di malam itu juga Pak Ahok akan dikenakan sebuah rompi oranye, tanda sebagai seorang tahanan KPK. Ternyata mereka kecele banget. Kaget tak ketolongan! Dengan wajah yang tetap segar, Pak Ahok keluar dari ruang KPK, lalu bertanyajawab dengan sejumlah jurnalis, kemudian pulang ke rumah dengan kendaraannya sendiri.

Gambar 4

Tak lama sesudah itu, Pak Ahok membeberkan beberapa hal yang sangat penting yang muncul dalam tanya-jawab di KPK itu, tanpa ditutup-tutupi, untuk masyarakat lewat sebuah TV, dan kini sudah diunggah di Youtube. Kita semua sudah tahu, BPK terus bertahan pada pendapat mereka bahwa Ahok telah merugikan negara sebesar Rp. 191,2 M, walaupun pimpinan KPK dengan satu suara sebelumnya sudah menyatakan tidak ditemukan bukti apapun (minimal 2 bukti) bahwa Ahok telah korupsi.

Sebagian kita tentu sudah tahu isi sebagian tanya-jawab di ruang pemeriksaan KPK ini karena sudah dipasang di Youtube sejak 12 April 2016. Jika anda belum tahu dan belum sempat dengar, sekaranglah waktunya untuk mendengarkan. Ini hal yang sangat serius. Ini menyangkut masa depan negeri kita sendiri. Judul videonya Blak-blakan Basuki TP (Ahok) Beberkan Pertanyaan Jebakan Saat Diperiksa KPK Terkait Sumber Waras. Ini link ke video Youtube-nya https://youtu.be/BvjMiVmI4Yo

Tentu saja semua musuh Pak Ahok akan dengan gegabah menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan jebakan seorang auditor BPK itu (cukup aneh ya, dia bisa ikut berada dalam ruang pemeriksaan KPK dan menanyai Pak Ahok!) dan jawaban-jawaban telak Pak Ahok adalah hasil ngarang-ngarang Pak Ahok sendiri. Silakan mereka berpendapat begitu. Bagi saya yang masih waras berpikir, mustahil seorang Gubernur DKI yang bernama Basuki Tjahaja Purnama yang lebih sering disapa Ahok telah mengarang-ngarang sesuatu yang, jika betul, pasti akan menghancurkan dirinya sendiri! 

Setelah anda mendengarkan video di Youtube tersebut, pasti anda bisa simpulkan, siapa yang waras dan siapa yang sudah tidak waras terkait kasus RS Sumber Waras. LOL.

Nah, hingga detik ini, RIB belum menjawab permintaan terakhir saya lewat Twitter itu. Saya masih menunggu. Mungkin sekali, saya hanya akan mendapatkan sebuah jawaban sunyi dalam kesunyian mahadalam.

Akhirnya setelah dua hari saya menanti, Pak RIB menjawab juga pertanyaan yang paling akhir saya ajukan kepadanya lewat Twitter. Kesunyian dipecah menjadi sebuah madah yang bagus. Pak RIB kini mulai paham bahwa niatnya untuk mencerdaskan masyarakat tentang citizenship, demokrasi dan HAM lewat medsos Twitter ternyata bisa sia-sia karena kelemahan metodis yang di atas sudah saya beberkan dua contohnya. Pak RIB menyebut kelemahan metodis ini sebagai beternak akun.

Saya sekarang mau tambahkan satu lagi contoh bahwa polling lewat Twitter tidak bisa diandalkan. Ini terkait dengan apa yang dinamakan alamat IP (Intern
et Protocol; atau TCP atau Transmission Control Protocol) yang berfungsi sebagai pengidentifikasi sebuah komputer yang digunakan untuk mengirim data lewat berbagai rute dalam jejaring Internet. Jika sebuah jajak pendapat lewat medsos Twitter mau dapat diandalkan, alamat IP si pemilik satu akun Twitter saat si responden ini mengisi sebuah kuesioner survai lewat medsos ini juga harus diperiksa dan lokasi geografisnya serta si pengguna (individual atau kolektif) komputernya juga harus ditemukan sepersis-persisnya. Wah, ini akan luar biasa repot dan berbiaya tinggi.

Bagaimanapun repot dan berbiaya mahal untuk mengetahui, lewat IP sebuah komputer yang digunakan, siapa penggunanya (individual atau kolektif) dan di mana mereka berlokasi, harus kita ketahui bahwa satu orang (atau satu tim kerja) bisa pakai ribuan IP address (termasuk yang palsu) untuk membuat ribuan akun Twitternya sendiri (atau kolektif) dengan memakai nama-nama berbeda yang jumlahnya bisa ribuan lewat sangat banyak jejaring internal komputer. LOL. Orang semacam ini (yang bekerja bersama tim-nya) bisa ada sangat banyak demi mencapai tujuan dan kepentingan menguasai votes sebuah polling penting via Twitter atau medsos lainnya. LOL. Jadi, memang survai jajak pendapat lewat Twitter punya banyak kelemahan metodis yang serius. Tetapi, tentu saja, kalau hal yang mau disurvai lewat Twitter hanya hal iseng dan sepele (misalnya berapa kali sehari anda buang air kecil), semua kelemahan metodis yang saya sudah beberkan di atas dapat diabaikan begitu saja.

Ok sekarang saya lampirkan screenshot tiga tanggapan terakhir RIB di Twitter yang saya telah terima (lihat gambar 5 di bawah ini). Bacalah mulai dari yang paling bawah lalu ke atas. 


Gambar 5

Terhadap jawaban-jawaban Pak RIB ini, saya telah kirim sebuah tanggapan yang bersahabat, yang mengakhiri diskusi kami tentang Pak Ahok dan RS Sumber Waras. Lihat gambar 6 di bawah ini. 

Gambar 6

Terima kasih Pak Rustam Ibrahim atas waktu dan keterbukaan anda. Tetap semangat ya. Keep the spirit!

Silakan share tanpa perlu minta izin dulu. Terima kasih.

Salam,
Jakarta, 14 April 2016
ioanes rakhmat
Sang Sunyi

Update mutakhir 17 April 2016