Saturday, April 9, 2016

Albert Einstein baru akan segera muncul dari Afrika!

Ini sebuah visi besar yang tidak ngelindur. Para fisikawan dan matematikus di Afrika Selatan sedang berjuang ke tujuan itu, dengan dukungan banyak negara Barat eks-kolonial dan dana yang cukup besar.

Kosmologi dan astronomi juga akan cepat berkembang lewat tangan para ilmuwan Afrika berhubung tingkat polusi gelombang radio di angkasa Afrika sangat kecil sehingga meneropong langsung langit lewat teleskop-teleskop besar (ada yang sangat besar yang sedang dibangun) tidak terkendala. Di negara-negara industrialis Barat tingkat polusi gelombang radio sudah sangat tinggi di angkasa.



Selain itu, Afrika juga sudah dikenal sebagai palungan kelahiran Homo sapiens. Banyak fosil dan jejak yang terus-menerus ditemukan yang menuntun para ilmuwan untuk makin jelas mengungkap sejarah evolusi primata, termasuk khususnya sejarah evolusi manusia dari kurun yang makin sangat awal.

Kendati pun Afrika masih dikuasai berbagai penyakit mematikan, kelaparan dan kemiskinan, kondisi ini tidak membuat jiwa pemerintah Afsel mengkeret untuk berprestasi besar dalam dunia sains modern. Mereka malah percaya bahwa sains-tek yang mereka sedang bangun sendiri, oleh para ilmuwan Afrika, akan membantu sangat banyak usaha mengatasi kemiskinan, berbagai penyakit dan kelaparan. Sains dan teknologi itu memang berbiaya mahal dan memerlukan kerja keras dan kerja cerdas, tetapi manfaatnya yang besar sudah nyata buat umat manusia!

Berpikir kritis dan bebas dijadikan fondasi pengembangan sains-tek oleh para ilmuwan Afsel, dan ini didukung pemerintah Afsel. Luar biasa!

Tanpa pemikiran bebas dan kritis, sains dan teknologi akan terpasung dan tidak akan bisa berkembang maju. Walaupun agama mungkin sekali menolak fakta-fakta sains, sains ya tetap sains. Para agamawan fanatik pun tidak bisa lagi hidup jika mereka menolak semua sains dan teknologi.

Indonesia, saya perkirakan, akan kalah dan akan dibuat malu loh oleh Afrika Selatan.

Sementara pemerintah dan para ilmuwan di Afrika Selatan sedang berjuang untuk membangun budaya berpikir ilmiah, Indonesia sedang membangun budaya takhayul dan budaya adu-domba antar sesama warganegara. Di sana sains diberi tempat teratas, di negeri Indonesia tempat itu diberi kepada agama dan para juru dakwah agama. Para pedagang agama atau religiopreneurs sangat getol di negeri kita ini dalam menawarkan barang dagangan mereka, bahkan kerap terlibat persaingan sengit satu sama lain. Akal yang mustinya dikedepankan, diganti dengan iman yang taklid buta.

Tanpa perubahan besar dalam pola pikir (mindset) bangsa Indonesia, kita selamanya hanya baru bisa mengirim doa-doa ke langit, dan tak akan pernah bisa mengirim para astronot sendiri ke angkasa luar dengan mengendarai berbagai wantariksa buatan sendiri untuk membangun pemukiman-pemukiman baru di planet-planet lain dan menambang di sana.

Kebesaran sebuah peradaban masa depan ada di langit! Raih segera!

Jangan hanya doa-doa panjang kita yang dibuat melesat menuju langit. Hayo, buatlah wantariksa-wantariksa Indonesia juga melesat cepat ke angkasa luar, menuju langit yang tak bertepi!

Cukuplah sudah membangun rumah-rumah ibadah! Pakailah dana yang sudah ada, dan tambahkanlah berlipat ganda, untuk membangun laboratorium-laboratorium sains sebanyak-banyaknya di negeri ini yang dikelola dan digunakan oleh para profesional bangsa sendiri di dunia sains dan teknologi.


Salam,
Jakarta, 09 April 2016